Breaking News

26 Oktober 2018

Ketika yang Benar Menjadi Salah, dan Salah Menjadi Benar


Dewasa ini umat Islam di Indonesia khususnya seperti yang tanpa arah. Di satu sisi mereka beriman, namun di satu sisi mereka bimbang dengan keimanannya. Apakah yang sebenarnya terjadi?. Berawal dari pertanyaan tersebut, jadi  teringat sebuah kisah seorang guru yang memberikan analogi umat Islam dengan kapur dan penghapusnya.
Ada sebuah kisah, ketika itu seorang guru memberikan penjelasan kepada murid-muridnya. “Anak-anak , di tangan kanan ibu ada sebuah kapur dan di tangan kiri ibu ada sebuah penghapus”.  Ucapnya. “Iya  bu …” jawab anak-anak sekelas. Lalu guru tersebut mulai memberikan pertanyaan kepada murid-muridnya. “kalau ibu angkat tangan kanan, kalian katakan kapur ya, Nak ? dan bila ibu angkat tangan kiri, maka katakan penghapus?”  tanyanya. Murid-muridnya pun serempak menjawab “iya”.
Permainan pun di mulai, murid-muridnya begitu antusias mengikuti apa yg diperintahkan gurunya. “gimana mudah kan, Nak ?” sang guru bertanya. “iya Bu, mudah …” jawab murid-muridnya. Lalu guru tersebut memberikan pertanyaan kedua. “Ana-anak, sekarang nama bendanya dibalikan ya? Yang kapur menjadi penghapus dan penghapus menjadi kapur, Mengerti anak-anak….?”. Murid-muridnya pun dengan semangat menunggu perintah yang akan diucapkan oleh gurunya.
Kemudian sang guru pun melanjutkan permainannya. “ini apa anak-anak?(mengangkat tangan kiri yg menampilakn penghapus) “. Lalu murid-muridnya pun menjawab, hanya sedikit yang benar dan banyak yang salah. Sang guru pun melakukannya beberapa kali hingga murid-muridnya terbiasa dan bisa menjawab dengan benar.
Permainan pun selesai dan sang guru memberikan penjelasan kepada murid-muridnya. “bagaimana anak-anak permainannya?”. Tanyanya. Murid-muridnya pun menjawab dengan berbagai jawaban. Hanya untuk pertanyaan kedua banyak yang mengeluhkan. “Bu, yang namanya dibalik awalnya agak susah, tapi lama kelamaan terbiasa dan bisa bu (tanya seorang murid dengan senyum bangga)?”.
Sang guru pun memberikan kesimpulan. “Anak-anak, seperti itulah umat Islam jaman sekarang, ketika awal-awal masih bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah, akan tetapi ketika kebenaran itu dibalik menjadi kesalahan dan kesalahan dibalik menjadi kebenaran awalnya tidak terbiasa, akan tetapi karena terus di ulang maka mereka tidak bisa membedakan. Yang salah jadi benar dan yang benar jadi salah”.
Kisah di atas merupakan perumpamaan  ghouzul fikri (perang pemikiran) yang dilancarkan dari media ke masyarakat. Pada jaman sekarang media televisi khususnya sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat.  Maka segala informasi dari media televisi menjadi hal biasa, walaupun hal tersebut tidak menutup kemungkinan baik atau buruk.
Adapun kaitannya dengan kisah di atas adalah informasi yang disampaikan dari media televisi ke masyarakat, anak muda khususnya. Seperti budaya pacaran, hedonisme, dan pergaulan bebas menjadi hal biasa walaupun kita tahu bahwa itu tidak sesuai dengan fitrah sebagai manusia. Namun dikalangan anak muda hal-hal tersebut sudah menjadi kebiasaan yang lumrah dilakukan.
Inilah hal-hal yang dilakukan oleh musuh Islam kepada anak muda jaman sekarang di Indonesia. Ghouzul Fikri (perang pemikiran) sudah sangat terasa pada saat ini. Melawan orang-orang muslim pada jaman sekarang tidak harus dengan peperangan fisik akan tetapi dengan perang pemikiran. Karena sesunggunya hasil dari perang pemikiran bukan berapa orang yang terbunuh akan tetapi berapa orang yang mengikuti. Musuh Islam tidak memeperdulikan agamanya  diikuti, tapi bagaimana caranya kebiasaan yang dilakukan sama seperti apa yang diinginkan mereka.  Wallahu’alam
0 Comments

Tidak ada komentar:

Translate

Artikel Terbaru

Seleksi Petugas Haji Pusat Digelar 17 Desember 2024

  Direktur Bina Haji Arsad Hidayat السلام عليكم Ùˆ رحمة الله Ùˆ بركاته بسم الله Ùˆ الحمد لله اللهم صل Ùˆ سلم على سيدنا محمد Ùˆ على أله  Ùˆ صحبه أج...

Powered by BeGeEm - Designed Template By HANAPI