Breaking News

02 Juli 2017

Adab ketika Menjamu Tamu

Foto Album Santri Raudhatut Thalibin.
Tamu membawa berkah tersendiri. Tamu akan mendatangkan rezeki bagi tuan dan nyonya rumah. Seperti kata ulama, tamu datang sambil membawa rahmat ke dalam rumah yang didatanginya, dan keluar sambil membersihkan dosa-dosa tuan rumahnya.
Ada di antara kita yang bersikap pilih kasih pada tamu-tamu kita. Bila yang bertamu orang kaya, pejabat, mitra bisnis atau orang yang menguntungkan dan membawa manfaat, maka sang tamu akan disambut dengan hangat. Tapi kalau yang datang orang miskin, kita cenderung menyambutnya dengan dingin. Tidak jarang kita bahkan menutup pintu rumah kita untuk tamu yang kita anggap merepotkan.
Sikap seperti ini tentu saja tidak baik. Rasulullah SAW mengecam keras orang yang menutup pintu rumahnya untuk tamu-tamu miskin karena khawatir mereka datang untuk berhutang. Jika ada tamu bertandang ke rumah kita, bukakanlah pintu. Berdirilah dan songsong mereka dengan senyum, baik mereka dari golongan terpandang mau pun dari kalangan biasa. Baik mereka orang kaya mau pun orang miskin, baik yang berilmu mau pun tidak. Temanilah mereka bercakap-cakap. Buatlah mereka betah dan nyaman berada di rumah anda. Nabi SAW sendiri, dengan ketinggian derajat beliau, selalu terbuka melayani pembicaraan para sahabat mengenai persoalan duniawi mereka.
Suguhkan kepada tamu anda makanan dan minuman yang anda punya. Bahkan, kalau dapat hidangkan makanan besar kepada tamu ini seperti yang pernah dilakukan Nabi Ibrahim. Menawari sang tamu terlebih dahulu juga mesti dihindari. Sufyan Ats-Tsauri pernah berkata, “Jika temanmu berkunjung ke rumahmu, janganlah kamu bertanya padanya, ‘Kamu mau makan?’ atau, ‘Aku ambilkan kamu makanan atau minuman ya,’ tetapi langsung saja kamu suguhi dia. Jika dia mau makan, syukurlah. Kalau tidak mau, angkat lagi.”
Kalau tamu anda kebetulan memilih minuman atau makanan tertentu, suguhilah dia sesuai dengan seleranya ini. Dalam hal-hal tertentu, tidak baik bagi anda untuk memaksakan selera anda sendiri walau mungkin itu lebih baik.
Menuruti keinginan tamu ini besar pahalanya. Nabi SAW bersabda:
مَنْ صَادَفَ مِنْ أَخِيهِ شَهْوَةً غُفِرَ لَهُ وَمَنْ سَرَّ أَخَاهُ اْلمُؤْمِنَ فَقَدْ سَرَّ اللهَ تعالى
Artinya: Barangsiapa menuruti selera (syahwat) temannya, dia akan mendapatkan ampunan (dari Allah). Barangsiapa membuat senang temannya yang mukmin, maka sungguh dia telah membuat senang Allah.
Tentu saja kita tidak perlu memaksakan diri di dalam menyuguhi tamu-tamu kita. Diriwayatkan bahwa Salman Al-Farisi pernah berkata, “Rasulullah SAW memerintahkan kami supaya tidak memaksakan diri pada tamu, dengan (menyuguhkan) sesuatu yang tidak kita punyai, dan memerintahkan kami supaya menyuguhkan padanya apa yang kami punya.”
Mengenai batasan “memaksakan diri” ini, para ulama mempunyai tafsiran berbeda. Seorang dari mereka berkata, “Yang dimaksud memaksakan diri adalah engkau beri makan saudaramu dengan apa yang tidak biasa engkau makan. Engkau paksakan diri untuk memberinya sesuatu yang lebih baik dan lebih mahal dari apa yang biasa engkau makan.” Imam Fudhail bin Iyadh berkata, “Manusia itu putus hubungan gara-gara memaksakan diri, yaitu seorang dari mereka mengundang saudaranya untuk makan, lalu dia memaksakan diri sehingga dia memutus supaya tidak kembali lagi.”  Seorang ulama lain berkata, “Aku tidak peduli siapa dari teman-temanku yang datang. Aku pasti tidak memaksakan diri. Aku suguhkan apa yang aku punya saja. Andaikan aku memaksakan diri, maka aku akan merasa tidak senang dengan kedatangannya dan aku menjadi bosan.”
Sikap menghormati tamu yang lain adalah berdiri ketika sang tamu berpamitan hendak pulang. Dalam situasi seperti ini, tentu tidak baik kalau anda tetap saja duduk di tempat anda…
0 Comments

Tidak ada komentar:

Translate

Artikel Terbaru

Seleksi Petugas Haji Pusat Digelar 17 Desember 2024

  Direktur Bina Haji Arsad Hidayat السلام عليكم و رحمة الله و بركاته بسم الله و الحمد لله اللهم صل و سلم على سيدنا محمد و على أله  و صحبه أج...

Powered by BeGeEm - Designed Template By HANAPI