Breaking News

25 Februari 2021

"Peristiwa Kerasulan Nabi Muhammad SAW" - Materi SKI MI



السلام عليكم و رحمة الله و بركاته
بسم الله و الحمد لله
اللهم صلى على سيدنا محمد و على أله
 Ùˆ صحبه أجمعين

Apakah tugas dari seorang Rasul? Mengapa Allah Swt. mengutus Nabi Muhammad Saw. di muka bumi ini? Kapan dan bagaimana Nabi Muhammad di angkat menjadi rasul? Marilah kita bersama-sama pelajari lebih dalam tentang memahami peristiwa kerasulan Nabi Muhammad Saw.!

A. Memahami Peristiwa Kerasulan Nabi Muhammad Saw.

Nabi Muhammad Saw. berasal dari keluarga yang disegani dan dihormati di kota Mekah, yaitu dari suku Quraisy keturunan Bani Hasyim. Pada masa pengasuhan pamannya Abu Tholib, beliau mendapat amanah membantu menyediakan air bagi orang yang datang ke Ka’bah untuk pemujaan berhala. Walaupun demikian, ia tidak pernah mengikuti upacara pemujaan itu. Ia merasa risau, gelisah terhadap kaumnya yang menyembah berhala. Oleh karena itu, menjelang usia 40 tahun ia sering bertafakur, uzlah, mengasingkan diri merenung dengan sungguh-sungguh.

Rasulullah Saw. beruzlah untuk (tafakur) memikirkan jalan keluar agar kaumnya tidak lagi berprilaku jahiliyah, sesat menyembah berhala. Tempat yang digunakan Nabi Muhammad untuk bertafakur adalah gua Hira, terletak di gunung (Jabal) Nur sekitar 6 KM sebelah utara Masjidil haram Kota Mekah.

Hal ini dilakukan Nabi Muhammad dengan tujuan untuk menjauhkan jiwa dan raganya dari urusan keduniawian. Dengan bertafakur, Muhammad juga terhindar dari pergaulan dengan orang-orang yang berakhlak buruk prilaku jahiliyah. Memang, sejak usia remaja Muhammad tidak suka bergaul dengan orang yang senang mabuk-mabukkan, berjudi, foyafoya. Sehingga, jiwa dan raga Muhammad senantiasa terjaga, selalu bersih dan suci. 

Prilaku masyarakat Arab Jahiliyah yang selalu menggantungkan keberuntungan hidupnya kepada hal-hal takhayul, berhala-berhala, menyembah benda langit, adalah prilaku yang sejak kecil oleh rasulullah hindari, jiwa dan raganya selalu menolak dan terjaga dari prilakuprilaku tersebut. Maka, tidak heran sebelum menerima wahyu Muhammad lebih sering menyendiri dan merenung beribadah seperti yang dilakukan Nabi Ibrahim As.

Gua Hira yang sempit dan gelap, dan jalan menujunya pun sangat licin dan terjal, hanya orang yang memiliki keberanian dan keteguhan hati yang mampu memasuki gua itu. Pada saat bertafakur, terkadang Nabi Muhammad Saw. membawa bekal makanan dari rumah supaya dapat tinggal lebih lama. Jika bekal yang dibawanya habis, ia pulang ke rumah untuk mengambil bekal yang sudah disiapkan oleh isterinya, Khadidjah. Setelah itu ia kembali lagi ke gua Hira.

Saat bulan Ramadhan, beliau beruzlah sebulan penuh berada di Gua Hira. Sebagai bekalnya beliau membawa tepung dan air yang sudah disiapkan oleh Khadijah, istrinya. Selain untuk bekal, beliau juga memberi makan orang-orang miskin yang datang kepadanya.

 Uzlah dan tafakur yang dilakukan Nabi Muhammad Saw. adalah memikirkan dan merenungkan keadaan penduduk Makkah yang sesat dan penuh maksiat. Cara beribadah seperti itu juga disebut dengan taḥannus, yaitu beribadah selama beberapa malam dan menjauhkan diri dari dosa. Beliau mengadukan kepada Allah Swt. tentang perbuatan masyarakat Arab yang jauh dari adab manusia yang bermartabat. Mereka sering melakukan tindakan tercela, di luar kemanusiaan, dan penuh kesesatan, . Nabi Muhammad Saw. sangat prihatin dengan keadaan tersebut dan berharap suatu ketika dapat memperbaikinya.

Melalui tafakur, Nabi Muhammad Saw. membersihkan hati. Pikirannya yang penuh dengan keprihatinan terhadap prilaku masyarakat Mekah, dan niat suci bermunajat kepada Allah agar mereka mendapat hidayah, menjadikan hatinya bersih serta tidak tercampuri urusan duniawi. Sepanjang bulan Ramadhan, Muhammad menghabiskan waktunya untuk beribadah.

B. Nabi Muhammad Saw. Menerima Wahyu Pertama

Ketika Nabi Muhammad Saw. genap berusia 40 tahun, tampaklah tanda-tanda kerasulan pada dirinya, yaitu berupa mimpi yang benar dan sering datang seperti fajar yang terang di pagi hari. Mimpi tersebut ia alami selama enam bulan

Sampai pada suatu malam beliau mengalami peristiwa yang luar biasa. Tepatnya, pada tanggal 17 Ramadhan atau tanggal 6 Agustus 611 Masehi, Muhammad melihat cahaya terang benderang di gua Hira. Dikisahkan bahwa malaikat Jibril muncul dengan cahaya membutakan di hadapan Nabi Muhammad Saw. ke mana pun beliau memandang. Jibril adalah malaikat yang bertugas menyampaikan wahyu dari Allah Swt.. Saat itu Jibril muncul dalam wujud manusia.

Malaikat Jibril datang dan berkata “Iqra! (bacalah!).” Beliau (rasulullah) menjawab, “Aku tidak dapat membaca.” Kemudian Malaikat Jibril merangkul Nabi Muhammad Saw. sedemikian kuat dan kemudian melepaskannya, dan berkata lagi “Iqra!” Beliau tetap menjawab bahwa beliau tidak bisa membaca. Demikianlah sampai tiga kali sampai dengan rangkulan yang kuat, sehingga Nabi Muhammad Saw. sulit bernafas, dan Malaikat Jibril memerintahkan, “Bacalah!” Muhammad menjawab, “Aku tidak bisa membaca!” dan sewaktu menerima jawaban yang sama, Malaikat Jibril membimbing Nabi Muhammad Saw. membaca surat Al-‘Alaq ayat 1-5, yang berbunyi:

Artinya: 1. Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah yang telah menciptakan. 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah dan Tuhanmulah yang Maha Mulia. 4. Yang mengajar (manusia) dengan pena. 5. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. 

Sesudah mengalami peristiwa di atas, Nabi Muhammad Saw. keluar dari gua Hira dan turun dari Jabal Nur pulang dalam kondisi ketakutan dan bingung. Beliau gemetar, ketakutan, badannya menggigil dan berkeringat. Khadijah (isteri Nabi Muhammad Saw.) merasa heran melihat kondisi suaminya karena selama ini belum pernah terjadi.Nabi Muhammad Saw. meminta isterinya untuk menyelimuti. Beliau berkata, “Selimutilah aku! Selimutilah aku!”.Nabi Muhammad Saw.menggigil seperti orang yang terkena demam. Khadijah berusaha menenangkan Nabi Muhammad Saw. Setelah hilang rasa takutnya, Nabi Muhammad Saw.menceritakan semua yang dialaminya di gua Hira.

Usaha seorang istri untuk menenteramkan hati sang suami Nabi Muhammad Saw., Khadijah mengajak beliau untuk bertemu dengan pamannya yang bernama Waraqah bin Naufal. Waraqah bin Naufal adalah orang Nasrani yang memiliki pengetahuan yang luas tentang isi kitab Taurat dan kitab Injil. Waraqah berkata: “Yang datang kepadamu adalah An-Namus Al-Akbar (malaikat Jibril) yang pernah datang kepada Nabi Musa As.. Sesungguhnya engkau adalah orang yang terpilih menjadi rasul Allah Swt.. Kaummu akan mengatakan bahwa engkau penipu. Mereka akan memusuhimu, melawanmu, dan membuangmu. Sungguh, bila aku masih hidup sampai waktu itu, aku akan membelamu”.

Peristiwa luar biasa penerimaan wahyu pertama di gua Hira ini, terjadi pada tanggal 17 Ramadhan 611 M. Umat Islam diperintahkan untuk selalu mengingat peristiwa tersebut agar dapat mengambil hikmah yang terkandung dalam kejadian peristiwa tersebut. Tradisi peringatan ini dilaksanakan pada malam ke-17 bulan Ramadhan yang biasa disebut peringatan Nuzulul Qur’an. 

C. Nabi Muhammad Saw. Menerima Wahyu Kedua

Setelah mendapat nasihat dari Waraqah bin Naufal, Nabi Muhammad Saw. berharap menerima perintah selanjutnya. Namun beberapa hari lamanya wahyu berikutnya tidak kunjung datang. Nabi Muhammad Saw. merasa cemas dan sedih. Beliau mulai ragu dengan apa yang dialaminya itu. Beliau pun selalu datang ke Gua Hira itu sebagaimana kebiasaannya. Dalam sejarah Islam masa terputusnya wahyu tersebut disebut dengan Fatratul Wahyi (masa berselangnya wahyu).

Namun ketika Nabi Muhammad Saw sedang berjalan di suatu tempat, tiba-tiba beliau mendengar suara gemuruh dari langit. Suara itu makin dekat dan terdengar suara memanggil, “Ya Muhammad engkau adalah utusan Allah.”

Nabi Muhammad Saw. merasa takut sekali mendengar suara itu. Beliau segera pulang dan minta diselimuti seperti dahulu. Ketika sedang berselimut, suara tadi terdengar lagi dengan jelas membacakan wahyu: “Hai orang yang berselimut! Bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan agungkanlah Tuhanmu, dan bersihkanlah pakaianmu, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan janganlah engkau (Muhammad) memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yan lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.” Wahyu tersebut adalah Surah Al Muddatsir: 1-7.

Ayat inilah yang mula-mula memerintahkan Nabi Muhammad Saw. menyeru manusia kepada agama Allah. Dengan demikan mulailah masa permulaan dakwah agama Islam.

Untuk lebih jelasnya silakan klik video dibawah ini untuk menyaksikan penjelasan mengenai materi diatas;



Terimakasih atas kunjungannya, untuk dapatkan pemberitahuan langsung mengenai artikel terbaru di facebook silakan klik suka pada halaman kami HANAPI BANI

atau gabung Group kami;

WA 1 ; (Klik DISINI)
WA 2 ; (Klik DISINI)
Youtube ;(Klik DISINI)
Telegram ; 
(Klik DISINI)
Bip ; 
(Klik DISINI)

    Ùˆ ØµÙ„Ù‰ على سيدنا محمد Ùˆ على أله
     Ùˆ صحبه أجمعين
    ثم السلام عليكم و رحمة الله و بركاته

    Protected by Copyscape

     

    0 Comments

    Tidak ada komentar:

    Translate

    Artikel Terbaru

    Khutbah Jumat: Keutamaan Menutupi Aib Orang Lain

    السلام عليكم Ùˆ رحمة الله Ùˆ بركاته بسم الله Ùˆ الحمد لله اللهم صل Ùˆ سلم على سيدنا محمد Ùˆ على أله  Ùˆ صحبه أجمعين Salam Sahabat  Hanapi Bani . N...

    Powered by BeGeEm - Designed Template By HANAPI