Breaking News

09 Maret 2021

Gus Baha: Islam Zaman Nabi Itu Mudah, Tapi ke Sini-sini Kok Dibuat Repot

السلام عليكم و رحمة الله و بركاته
بسم الله و الحمد لله
اللهم صلى على سيدنا محمد و على أله
 و صحبه أجمعين

Salam Sahabat Hanapi Bani.

Dalam suatu pengajian kitab bersama para santri, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha menjelaskan tentang sisi kemudahan dalam Islam, terutama berkaitan dengan shalat berjamaah. Berikut ini penjelasan lengkap dari Gus Baha:

Islam itu gampang, yuridullah bikumul yusra wa la yuridu bikumul ‘usra.

يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ 

Artinya: “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.” (Al-Baqarah, ayat 185)

Dulu ada sahabat Nabi yang mengimami shalat terlalu lama. Lalu ada Sahabat lain yang mufaraqah (keluar dari jamaah shalat) karena ia terburu-buru ingin mengurus untanya.

Sahabat ini mengadu kepada Nabi Muhammad:

“Ya Rasulallah, saya ini bermakmum dengan Mu’adz, tapi shalatnya terlalu lama. Akhirnya saya mufaraqah. Lalu saya malah dimarahi dan dianggap munafik olehnya.”

Mu’adz lantas dimarahi balik oleh Rasulullah:

“Kamu kalau shalat jangan kelamaan, nanti bisa merusak Islam!! Orang akhirnya tidak senang shalat gara-gara shalatmu kelamaan.”

Berkahnya hadis ini, para imam shalat sekarang membaca “Qulhu” semua. Hal itu karena berdasarkan hadis Mu’adz dimarahi Nabi.

Padahal Nabi sewaktu memarahi Mu’adz itu supaya jangan membaca surat Al-Baqarah, melainkan diganti surat Sabbihisma. Namun, hadisnya tersisa larangan sabbihisma tapi Qulhu (Surat Al-Ikhlas).

Dalam hadis itu, awalnya Mu’adz membaca surat Al-Baqarah pada rakaat pertama, lalu Al-Maidah pada rakaat kedua.

Walhasil, yang dilakukan orang sekarang pada rakaat membaca “Qulhu” dan rakaat kedua membaca “Inna a’thainakal kautsar”.

Saya (Gus Baha) cocok dengan hal demikian. Bagaimana pun, Islam jangan sampai menjadi problem.

Ada kisah seorang Sahabat bernama Abu Barzah. Ia masih hidup di masa Tabi’in (generasi pengikut sahabat), sebagaimana keterangan hadis shahih dalam kitab Bukhari, riwayat Abu Nu’man.

Suatu ketika iqomat sudah dikumandangkan, tiba-tiba ada unta milik Sahabat Abu Barzah lepas saat dirinya hendak takbiratul ihram. Melihat untanya yang kabur, ia tidak meneruskan takbirnya dan mengejar untanya.

Saat kembali ke masjid, sahabat ini mengikat untanya di pinggir masjid. Lalu ia menyusul shalat sebagai makmum masbuq. Selesai shalat, sahabat Nabi ini dikomentari oleh Tabi’in.

انْظُرُوا إِلَى هَذَا الشَّيْخِ تَرَكَ صَلَاتَهُ مِنْ أَجْلِ فَرَسٍ 

“Lihatlah orang tua ini. Begitu cinta dunia. Dia ini hidup di masa Nabi, tapi lebih mendahulukan unta daripada takbiratul ihram (shalat).”

Sahabat Abu Barzah lantas menangis dan berkata:

“Aku di zaman Nabi melakukan ini itu tidak apa-apa, tapi di zaman Tabi’in malah jadi masalah.”

Sahabat ini menangis karena di masa Nabi agama Islam itu gampang. Ada yang mengurus unta dulu, ada yang melakukan hal macam-macam. Tapi, ke sini-sini Islam kok jadi repot.

Abu Barzah berkata lagi, “Aku ini sudah tua, kalau setelah shalat untaku hilang, lalu pulangku bagaimana?”

Sekarang saya bertanya, daripada shalat dianggap mengilangkan unta, terus shalat dianggap problem, bagaimana? Terus sekeluarganya ingat gara-gara shalat untanya hilang. Akhirnya shalat jadi ‘tersangka’. Terus kamu ridho jika Islam men-tersangkakan shalat?

Yang benar ya bukan begitu. Unta dicari, baru setelah itu melaksanakan shalat. Misalnya tidak sempat berjamaah bersama imam ya shalat munfarid (sendiri). Yang penting shalat tidak jadi tersangka.


Makanya Nabi pernah menyuruh sahabat ketika mengimami shalat itu yang cepat. Karena ada ibu-ibu yang ditunggu bayinya yang menangis. Ada juga yang punya urusan lain. Jangan sampai shalat dianggap problem membatalkan urusan.

Tapi, beda sama kaum Khawarij. Menurut mereka shalat itu harus fokus (khusuk), jangan ingat selain Tuhan. Tapi, mereka sendiri malah ingat ada orang yang tidak khusuk.

Maka, agama Islam ya begitu yassiru wa la ta’ssiru wa basysyiru wa la tunaffiru (يَسِّرُوا وَلَا تُعَسِّرُوا وَبَشِّرُوا وَلَا تُنَفِّرُوا)

Jangan sampai agama menjadi repot. Kita tetap shalat qobliyyah dan bakdiyah, tapi jangan sampai melakukan ibadah sunnah mendekati wajib.

Sekali mendekati wajib, bisa bahaya bagi agama. Bahayanya, ketika orang fasik mau shalat nggak jadi shalat karena menyangka orang yang masuk masjid pada shalat sunnah semua itu termasuk shalat wajib. (M. Zidni Nafi’)

Terimakasih atas kunjungannya, untuk dapatkan pemberitahuan langsung mengenai artikel terbaru di facebook silakan klik suka pada halaman kami HANAPI BANI

atau gabung Group kami;

Youtube ;(Klik DISINI)
WA 1 ; (Klik DISINI)
WA 2 ; (Klik DISINI)
WA 3 ; (Klik DISINI)
Telegram ; 
(Klik DISINI)
Bip ; 
(Klik DISINI)

    و صلى على سيدنا محمد و على أله
     و صحبه أجمعين
    ثم السلام عليكم و رحمة الله و بركاته

    Protected by Copyscape
    0 Comments

    Tidak ada komentar:

    Translate

    Artikel Terbaru

    Kumpulan Kunci Jawaban Pelatihan Berbagi Cerita Inovasi Madrasah - Pintar Kemenag

      السلام عليكم و رحمة الله و بركاته بسم الله و الحمد لله اللهم صل و سلم على سيدنا محمد و على أله  و صحبه أجمعين Salam Sahabat  Hanapi Bani ....

    Powered by BeGeEm - Designed Template By HANAPI