Breaking News

26 Agustus 2019

Dirjen Pendis: Pendidikan Karakter Tantangan Abad 21 dan Kuncinya Guru


Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Pendis) Kementerian Agama Kamaruddin Amin mengingatkan praktisi tentang tantangan pendidikan di Abad 21. Menurutnya, pendidikan karakter akan menjadi tantangan perkembangan pendidikan di Indonesia di masa mendatang. 
Hal ini disampaikan Kamaruddin saat berbicara pada seminar Memadukan Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang Jawa Timur.
"Pembinaan karakter adalah salah satu tantangan pendidikan Indonesia yang merupakan the newly emerging capacities, atau kapasitas baru yang sedang dibutuhkan. Ini baru muncul, dan ini yang harus kita pastikan. Dan pembinaan karakter ini yang sedang kita kita perjuangkan dan sesungguhnya Pesantren distingsinya di sini," kata Kamaruddin saat mengisi rangakaian 120 tahun lahirnya Ponpes Tebuireng, di Gedung KH Yusuf Hasyim, Minggu (25/08) 
Di hadapan para tokoh pendidikan, guru, ustad, siswa dan santri yang hadir, Kamaruddin mengingatkan bahwa peran penting dalam pembinaan karakter dipegang oleh guru. Ke depan, guru tidak hanya dituntut sekedar menciptakan orang pintar. "Tapi untuk mentransformasi, mengubah, bukan hanya kemampuan kognitifnya, tapi pendidikan adalah instrumen untuk transformasi karakter budaya sikap dan sepenuhnya bisa dimainkan oleh guru," terangnya.
Jika guru bekerja sebagaimana robot, lanjut Kamaruddin, maka dia tidak akan bisa membentuk karakter seseorang dan tidak bisa mentransformasi kepribadian peserta didik. Di China misalnya, robot pintar tidak bisa apa-apa dalam membentuk karakter. Jadi, tantangannya bukan hanya mencetak ahli komputer yang bisa menciptakan artifisial intelegensia, tapi mencetak anak bangsa yang bisa melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh artifisial. 
"Tantangannya ke depan adalah bagaimana agar sama-sama memiliki kesadaran kolektif kolektif awareness bahwa tugas kita bukan untuk mencerdaskan anak-anak kita saja tapi bagaimana kita mentransformasi mereka menjadi pribadi-pribadi yang bertaqwa, pribadi-pribadi yang berintegritas, pribadi-pribadi yang disiplin, pribadi yang kreatif pribadi dan memiliki rasa ingin tahu, pribadi yang terus bersemangat pribadi yang terus menghargai orang lain dan selesai tugas kita semua," pesannya. 
Modal Kuantitas
Kamaruddin menilai, pendidikan Islam di Indonesia berperan strategis dalam tugas pembentukan karakter ini. Apalagi, pendidikan Islam terus berkembang. Madrasah misalnya, saat ini berkembang menjadi lembaga pendidikan yang tidak kalah dengan sekolah umum lainnya. Jumlah madrasah di Indonesia lebih 80ribu, dengan siswa hampir 10juta siswa. 
Perguruan tinggi keagamaan Islam juga terus bertambah. Saat ini jumlahnya mendekati seribu kampus. Proses transformasi kelembagaan terus berlangsung dalam rangka merespon tantangan dan perubahan zaman.
Pondok Pesantren juga berkembang. Saat ini, tidak kurang tercatat ada 28 ribu pesantren dengan jumlah santri mencapai 4 juta lebih. "Anak-anak yang belajar di Taman Pendidikan Alquran (TPQ) juga lebih dari tujuh jutaan. Ini paling besar di dunia. Maka karakter keberagaman Indonesia, dipengaruhi tradisi keilmuan di pendidkan Islam," jelas Kamaruddin.
Secara kuantitatif, jumlah lembaga pendidikan Islam menjadi modal besar dalam mewarnai pemahaman keagamaan masyarakat Indonesia mendatang. Ke depan, diperlukan langkah afirmasi untuk memastikan karakter pendidikan Islam yang tertanam itu juga dibarengi dengan kompetensi di bidang Information and Communication Technology (ICT)  dan literasi digital. Sebab, kata Kamaruddin, kemampuan kognitif seperti membaca, menghafal, menulis, matematika, dan sains saat ini tidak lagi memadai untuk menjawab tantangan dan untuk mengantisipasi perkembangan abad 21. 
0 Comments

Tidak ada komentar:

Translate

Artikel Terbaru

Khutbah Jumat: Menjaga Semangat Ibadah Pasca-Ramadhan

السلام عليكم Ùˆ رحمة الله Ùˆ بركاته بسم الله Ùˆ الحمد لله اللهم صل Ùˆ سلم على سيدنا محمد Ùˆ على أله  Ùˆ صحبه أجمعين Salam Sahabat  Hanapi...

Powered by BeGeEm - Designed Template By HANAPI